Botswana Ancam Kirim 20 Ribu Gajah ke Jerman

Presiden Botswana Mokgweetsi Masisi pada Selasa (2/4) mengancam akan mengirim 20 ribu ekor gajah ke Jerman. Peringatan itu dipicu perselisihan akibat perburuan.

“Jerman harus hidup dengan hewan-hewan itu seperti mereka memberi tahu kami,” kata Mesisi seperti dikutip dari AFP.

“Saya tidak bercanda,” sambung dia.

Mokgweetsi Masisi Foto: PETER KLAUNZER / POOL / AFP

Saat ini Botswana mengalami lonjakan populasi gajah. Bahkan jumlah populasi mamalia itu meningkat sampai 130 ribu ekor.
Botswana sudah menawarkan 8000 ribu ekor gajah ke Angola dan 500 ekor ke Mozambik. Masisi menegaskan, negaranya berhadapan dengan masalah kelebihan populasi gajah.

“Saya ingin memberi Jerman hadiah seperti itu, dan saya tidak mau menerima jawaban tidak,” jelas dia.

Mesisi mendapat sorotan usai menyebut konservasi membuat populasi gajah meledak. Oleh sebab itu, perburuan dianggap sebagai cara menjaga keseimbangan populasi.

Ia pun menyebut, terlalu banyak gajah dapat membuat kerusakan properti hingga tanaman dan ancaman bagi nyawa manusia.

Apa yang dilakukan Masisi mengundang Kementerian Lingkungan Hidup Jerman berkomentar. Mereka mengajukan pembatasan impor hewan buruan atas alasan kekhawatiran meningkatnya perburuan liar.

Menurut Masisi pelarangan itu hanya akan memiskinkan negaranya.

Botswana pernah melarang perburuan pada 2014. Akan tetapi kebijakan itu dicabut pada 2019 lantaran tekanan dari komunitas lokal.

Saat ini Botswana hanya membatasi jumlah perburuan.

BKSDA turunkan tim nekropsi bangkai gajah sumatra di Aceh Utara

Banda Aceh (ANTARA) – Tim dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melakukan bedah bangkai atau nekropsi gajah sumatra (elephas maximus sumatrensis) yang ditemukan di kawasan pedalaman Kabupaten Aceh Utara.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Kamarudzaman di Banda Aceh, Senin, mengatakan nekropsi dilakukan untuk memastikan penyebab kematian satwa dilindungi tersebut.

“Tim sedang melakukan bedah bangkai atau nekropsi di lapangan. Jadi, kami belum menerima hasilnya dan kami belum bisa memastikan penyebab kematiannya. Nanti setelah ada hasilnya, akan kami sampaikan,” kata Kamarudzaman.

Sebelum, warga menemukan bangkai gajah di area perkebunan di Dusun Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, pada Minggu (24/3/2024). Saat ditemukan, gading satwa liar tersebut tidak ada lagi.

Kamarudzaman mengatakan pihaknya tidak bisa menduga penyebab kematian gajah tersebut, apakah mati karena racun atau diburu dan dibunuh untuk diambil gadingnya. Dugaan penyebab kematian baru bisa diketahui setelah ada laporan dari tim nekropsi.

“Gading gajah tersebut hilang. Gading itu hilang apakah diambil setelah gajah tersebut ditemukan mati atau apa pihak tidak bertanggung jawab memburu dan membunuh, kemudian mengambil gajah tersebut. Kami belum mengetahuinya secara pasti,” kata Kamarudzaman.

Gajah sumatra merupakan satwa liar dilindungi. Merujuk pada daftar dari The IUCN Red List of Threatened Species, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh menyatakan keprihatinan karena masih ada kematian gajah di beberapa wilayah di provinsi itu. Oleh karenanya, BKSDA mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh.

Selain itu juga tidak menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian.

“Semua perbuatan negatif terhadap satwa liar dilindungi tersebut yang dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Kamarudzaman.


Sumber : https://www.antaranews.com/berita/4027653/bksda-turunkan-tim-nekropsi-bangkai-gajah-sumatra-di-aceh-utara

Gajah Sumatera Ditemukan Mati di Aceh Utara, Gading Hilang

KBRN,Banda Aceh : Seekor gajah sumatera ditemukan mati di area perkebunan di wilayah Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Minggu (24/3/2024). Diduga gajah tersebut sengaja dibunuh karena gading gajah dalam kondisi hilang. 

Lokasi penemuan bangkai gajah berada di Dusun Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara. Gajah tersebut diperkirakan berusia 3 hingga 4 tahun. 

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Kamarudzaman mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi untuk melakukan penyelidikan. 

“Anggota kita baru pulang dari lokasi penemuan bangkai gajah dan benar ada ditemukan gajah mati dan gading hilang,” kata Kamarudzaman dalam keterangannya kepada awak media.  

BKSDA Aceh telah menurunkan tim dokter untuk menyelidiki penyebab pasti kematian satwa dilindungi tersebut. 

“Malam ini tim dokter hewan kita melakukan nekropsi,” ujarnya. 

Beredar informasi bahwa gajah sumatera tersebut mati karena ditembak. Namun, kabar tersebut belum bisa dipastikan secara benar. 

“Kita belum bisa memastikan, masih menunggu teman-eman dokter untuk melakukan nekropsi,” katanya.


sumber: https://www.rri.co.id/daerah/605740/gajah-sumatera-ditemukan-mati-di-aceh-utara-gading-hilang

Diduga Tersetrum, Gajah Sumatera di Aceh Mati di Kebun Warga

TAKENGON, KOMPAS — Dunia konservasi kembali berduka. Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) ditemukan mati di perkebunan warga di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Aceh. Penyebab kematian masih didalami, tetapi ada dugaan gajah itu mati terkena pagar listrik.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barata, Senin (11/3/2024), mengatakan, tim medis telah melakukan nekropsi terhadap bangkai gajah itu. Agar penyebab kematian terungkap, organ dalam satwa itu harus diperiksa di laboratorium.

Selain melalui proses medis, pengungkapan penyebab kematian juga dilakukan melalui proses hukum. Proses nekropsi melibatkan kepolisian. Ujang berharap keterangan yang dikumpulkan kepolisian dari warga setempat memberikan titik terang penyebab kematian.

Saat ditemukan pertama kali oleh warga, bangkai gajah tersebut ditutupi dengan ranting pohon. Ada luka pada bagian tubuhnya yang diduga bekas sengatan listrik tegangan tinggi.

”Kami mendorong kepolisian (memproses hukum), seperti kasus di Pidie Jaya,” kata Ujang.

Ujang mengatakan, ada dugaan gajah tersebut mati karena terkena kabel listrik yang dipasangi petani di areal perkebunan. Menurut Ujang, perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.

Ujang menuturkan, penanganan konflik satwa di Aceh harus dilakukan bersama dan melibatkan banyak pihak. Pasalnya, saat ini sebagian besar populasi gajah di berada di luar kawasan konservasi.

Sebelumnya, pada Selasa (20/2/2024), seekor gajah ditemukan mati di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Gajah jantan itu mati karena terkena kabel listrik tegangan tinggi yang dipasangi warga di areal perkebunan. Sementara kasus kematian gajah di Kabupaten Nagan Raya pada Jumat (1/3/2024) hingga kini belum diketahui.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Aceh mencatat, dalam periode 2019-2023, sebanyak 22 gajah sumatera di Aceh mati. Penyebab kematian beragam mulai dari diburu, terkena kabel listrik, dan sakit.

Ketua Tim Pengaman Flora dan Fauna di Kampung Karang Ampar, Muslim, mengatakan, konflik gajah dengan manusia di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah semakin masif. Kawanan gajah semakin sering masuk ke areal perkebunan warga. Tidak terhitung kerugian ekonomi yang dialami petani.

“Perlu sosialisasi lebih masif agar petani tidak menggunakan kabel listrik sebagai pagar perkebunan.”

Muslim mengatakan, karena konflik tidak kunjung terselesaikan, sebagian petani mengambil inisiatif melindungi kebun dengan memasangi pagar listrik.

”Petani tidak punya modal untuk pengadaan power fencing (kabel listrik tegangan searah), makanya dipasangi kabel biasa,” kata Muslim.

Bangkai gajah sumatera di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (20/2/2024).

Muslim mendesak BKSDA Aceh, Pemprov Aceh, Pemkab Bener Meriah, dan Pemkab Aceh Tengah untuk lebih serius menangani konflik satwa di daerahnya. Penanganan konflik gajah di sana belum komprehensif. Selama ini, saat kawanan gajah masuk ke kawasan budidaya warga dan petugas menghalau menggunakan petasan. Namun, keesokan harinya gajah tersebut kembali memasuki areal perkebunan


Baca selengkapnya di sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/11/diduga-tersetrum-gajah-sumatra-di-aceh-mati-di-kebun-warga

SIARAN PERS Kematian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus ) di Desa Paya Udeung, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya

Banda Aceh, 03 Maret 2024
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh. Pada hari Jumat tanggal 01 Maret 2024, BKSDA Aceh mendapatkan informasi dari masyarakat perihal ditemukannya seekor gajah sumatera mati di Areal Penggunaan Lain (APL) Desa Paya Udeung, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya.

Menindaklanjuti informasi tersebut pada tanggal 02 Maret 2024, tim yang terdiri dari Resort Meulaboh BKSDA Aceh, dokter hewan BKSDA Aceh, dokter hewan PKSL FKH-USK, camat Seunagan, Kapolsek Seunagan, Koramil Seunagan, Mukim Seunagan, Geuchik dan masyarakat setempat menuju lokasi bangkai gajah ditemukan.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim dokter hewan BKSDA Aceh dan PKSL FKH USK diperoleh hasil sebagai berikut:

  1. Gajah sumatera berjenis kelamin jantan (gading masih utuh) dengan estimasi umur 35 tahun.
  2. Gajah diprediksi sudah mati 1 minggu yang lalu, dengan kondisi bangkai sudah mengalami pembusukan tingkat lanjut (organ sudah mengalami autolisis) sehingga tim medis tidak melakukan pengambilan organ untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  3. Tim mengamankan satu pasang gading gajah (kiri dan kanan) kemudian dilakukan proses pengukuran di Polsek Seunagan disaksikan oleh Muspika dan perwakilan masyarakat setempat.
  4. Terdapat 1 pasang gading gajah dengan ukuran:
    − sebelah kanan: panjang 114 cm, diameter pangkal 37 cm, diameter ujung 25 cm
    − sebelah kiri: panjang 105 cm, diameter pangkal 36 cm, diameter ujung 25 cm

Hasil pemeriksaan sampel organ dalam secara makroskopis berupa limpa, paru, ginjal, hati, jantung, usus sudah mengalami outolisis sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Selanjutnya BKSDA Aceh akan terus berkoordinasi dengan Polsek Seunagan terkait dengan kematian gajah.
Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu jenis satwa liar dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yang Dilindungi. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar.

BKSDA Aceh menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah Sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat berbagai jenis satwa, serta tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup ataupun mati serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa liar dilindungi yang dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, beberapa aktivitas tersebut juga dapat menyebabkan konflik satwa liar khususnya Gajah Sumatera dengan manusia, yang dapat berakibat kerugian secara ekonomi hingga korban jiwa baik bagi manusia ataupun keberlangsungan hidup satwa liar tersebut.


Unduh Siaran Pers

Kedua Gading Utuh, Kematian Gajah Sumatera di Nagan Raya Masih Misteri

SUKA MAKMUE, KOMPAS — Penyebab kematian gajah sumatera di Desa Paya Udeung, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh masih ditelusuri. Namun, sepasang gading tersebut masih utuh dan kini diamankan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Ujang Wisnu Barat, Selasa (5/3/2024), mengatakan, bangkai satwa lindung itu telah mengalami pembusukan tingkat lanjut sehingga tim medis tidak dapat memeriksa organ.

Padahal, pemeriksaan organ alias nekropsi merupakan metode yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi kematian satwa lindung. Bentuk atau kondisi organ seperti hati, paru-paru, limpa, dan jantung pascakematian menjadi petunjuk untuk mengetahui sebab kematian.

”Gajah diprediksi sudah mati satu minggu yang lalu, dengan kondisi bangkai sudah mengalami pembusukan,” kata Ujang.

Baca juga: Gajah Sumatera Mati Tersengat Listrik di Pidie Jaya

Ujang menambahkan bangkai gajah tersebut ditemukan oleh warga pada Jumat (1/3/2024) di luar kawasan konservasi. Saat ini, sebagian besar gajah sumatera berada di luar kawasan konservasi sehingga sangat rawan terjadinya interaksi negatif dengan manusia dan kian mudah menjadi sasaran perburuan.

Infografik Konflik Gajah Sumatera di Aceh

Dalam kasus itu, Ujang menuturkan, sepasang gadingnya masih utuh. Ia pun menduga gajah tersebut mati bukan terkait kepentingan perburuan. Gading merupakan bagian tubuh gajah yang paling banyak diperdagangkan. Dalam banyak kasus perburuan gajah, gading selalu raib diambil oleh pemburu, sedangkan bangkainya dibiarkan membusuk.

Baca juga: Aceh Susun Rencana Aksi Pengelolaan Satwa Liar

Ia menyebutkan, gajah itu berjenis kelamin jantan dan berusia sekitar 35 tahun. Sepasang gading itu ukurannya berbeda, gading kanan panjangnya 114 cm, diameter pangkal 37 cm, diameter ujung 25 cm. Sementara gading sebelah kiri panjangnya 105 cm, diameter pangkal 36 cm dan diameter ujung 25 cm.

Kematian gajah sumatera kian tidak terbendung. Sebelum kasus di Nagan Raya, pada Selasa (20/2/2024) seekor gajah ditemukan mati di Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya. Gajah jantan itu mati karena terkena kabel listrik tegangan tinggi yang dipasangi warga di areal perkebunan.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh mencatat dalam periode 2019-2023, sebanyak 22 gajah sumatera di Aceh mati. Penyebab kematian beragam, mulai dari diburu, terkena kabel listrik, hingga sakit.

Gajah merupakan satwa lindung yang terancam punah. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

Sebelumnya, Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh Afifuddin Acal mengatakan, gajah, harimau, orangutan, dan badak merupakan satwa kunci bagi Indonesia. Aceh menjadi salah satu tempat di dunia yang masih menjadi rumah bagi keempat spesies tersebut.

Namun, kematian satwa-satwa tersebut bukanlah hal biasa karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Misalnya, gajah dan orangutan membantu dalam proses reboisasi hutan secara alami, sedangkan harimau menjaga keseimbangan populasi satwa lainnya.

Manajer Geographic Information System (GIS) Yayasan HAkA Lukmanul Lukman mengatakan, kerusakan hutan atau deforestasi salah satu penyebab konflik satwa lindung, seperti gajah dan harimau.

HAkA mencatat, dari tahun 2019 hingga 2023 Aceh kehilangan tutupan hutan 57.217 hektar. Untuk diketahui, saat ini 85 persen gajah sumatera di Aceh populasinya berada di luar hutan konservasi.

 

Para pengunjung Conservation Respon Unit Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, memberikan makanan untuk gajah jinak, Kamis (3/3/2022).

Sementara itu, kasus kematian gajah di Pidie Jaya masih dalam proses hukum oleh kepolisian. Kepolisian Resor (Polres) Pidie Jaya telah menetapkan satu tersangka, yakni MS (35), pengelola kebun yang memasang kabel listrik.

Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya Inspektur Satu Irfan mengatakan MS diduga dengan sengaja memasang kabel listrik untuk menghalau hewan untuk masuk ke kebun. Namun, akibat pemasangan kabel listrik tersebut yang terkena justru gajah, satwa yang dilindungi.


Sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2024/03/05/sepasang-gading-utuh-tetapi-penyebab-kematian-gajah-sumatera-di-nagan-raya-belum-diketahui

Polres Pidie Jaya Amankan Pelaku Kematian Gajah Tersengat Listrik

PIDIE JAYA NEWS CITRA ACEH

 

Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Pidie Jaya Polda Aceh, berhasil mengamankan seorang warga Aceh Utara berinisial ML (35) terkait kematian seekor gajah liar Sumatera berusia 13 tahun di kawasan Panton Limeng, Kecamatan Bandar Baru Lueng Putu, Kabupaten Pidie Jaya, Selasa (20/2/2024)

Kapolres Pidie Jaya, AKBP Dodon Priyambodo, melalui Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya, Iptu Irfan, menjelaskan bahwa ML ditangkap karena diduga sengaja memasang kabel listrik yang menyebabkan tersengatnya gajah liar tersebut, mengakibatkan kematian tragis di kebun pisang.

ML mengklaim pemasangan kabel listrik sebagai upaya pencegahan hama babi dan gangguan lainnya pada kebun pisang dan jagung miliknya, namun tindakan tersebut berujung pada insiden yang menyedihkan.

Iptu Irfan menegaskan bahwa pemasangan kabel listrik telanjang oleh petani di kawasan tersebut, sebagai cara untuk menghalau hama pada malam hari, telah mengakibatkan dampak yang merugikan bagi satwa liar, seperti gajah liar Sumatera yang tewas terlilit kabel listrik.

Kapolres Pidie Jaya, AKBP Dodon Priyambodo, melalui Kasat Reskrimnya, Iptu Irfan, menghimbau kepada seluruh pemilik kebun untuk tidak memasang arus listrik di perkebunan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Penyelidikan atas kematian gajah liar tersebut telah dilakukan oleh pihak kepolisian setelah menerima laporan dari masyarakat. Barang bukti berupa puluhan meter kabel listrik dan beberapa batang kayu yang digunakan untuk melilit kabel telah disita oleh petugas untuk proses hukum lebih lanjut.

Dua gading masih utuh dari gajah yang meninggal juga telah diamankan sebagai bagian dari alat bukti dalam penanganan kasus ini. Langkah-langkah ini diambil sebagai upaya penegakan hukum dan perlindungan terhadap satwa liar yang terancam oleh aktivitas manusia. (Wanis)


Sumber : https://www.newscitraaceh.com/2024/03/polres-pidie-jaya-amankan-pelaku.html

Press Release : DEMONSTRASI DAN PENGRUSAKAN OLEH MASYARAKAT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Pada hari ini di Kantor Balai KSDA Jambi disampaikan siaran pers terkait  demonstrasi dan pengrusakan oleh warga terhadap kendaraan operasional milik BKSDA Jambi dan fasilitas milik FZS selaku mitra BKSDA Jambi sebagai berikut :  

  1. Menyikapi laporan masyarakat Muara Danau, Balai KSDA Jambi pada tanggal 20 s/d 26 Februari 2024 menugaskan tim yang terdiri dari petugas BKSDA Jambi (2 orang) bersama FZS (4 orang) untuk melakukan pemantauan dan penggiringan 3 ekor Gajah Sumatera yang dilaporkan merusak tanaman sawit masyarakat
  2. Setelah dicek dilapangan kebun-kebun masyarakat berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) penyangga TN Bukit Tigapuluh yang merupakan habitat daerah jelajah Gajah Sumatera di Bentang Alam Bukit Tigapuluh.
  3. Pada tanggal 21 Feb 2024, masyarakat Muara Danau mengadakan rapat dan mengundang tim pengiringan gajah dari BKSDA Jambi dan FZS, dimana pada pertemuan tersebut masyarakat meminta agar gajah tidak digiring tapi dipindahkan dari wilayah Desa Muara Danau.
  4. Pada tanggal 22 sd 25 Februari tim melakukan penggiringan 3 ekor gajah kearah utara Desa Muara Danau dan ketiga gajah tersebut sudah berada di kawasan Hutan Produksi (masih berhutan) setelah digiring melewati Kawasan Hutan Produksi yang telah ditanami sawit oleh masyarakat.
  5. Pada tanggal 23 Februari beredar issue bahwa terdapat 40 gajah sedang bergerak dari Desa Lubuk Mandarsah Kab. Tebo menuju ke Desa Muara Danau dan Kelurahan Lubuk Kambing, Kab. Tanjung Jabung Barat. Pada Tanggal 24 Februari tim melakukan verifikasi terkait info tersebut dimana hasilnya menunjukkan adanya pergerakan 15 ekor gajah yang berada di kawasan hutan produksi (Penyangga TN B30) di Desa Lubuk Mandarsah dan pergerakan gajah tidak mengarah ke Desa Muara Danau dan Kelurahan Lubuk Kambing tapi pergerakan gajah mengarah ke Dusun Brandan Desa Lubuk Mandarsah Kabupaten Tebo di Kawasan Hutan Produksi.
  6. Berlokasi di Mess FZS Simpang Burut, pada tanggal 25 Februari 2024 hari minggu malam sekitar pukul 21.00 WIB, tiba-tiba ada sekitar 50-100 orang berdatangan dan melakukan demo menuntut jaminan dari BKSDA Jambi agar memindahkan gajah-gajah yang berada di Desa Muara Danau, Kelurahan Lubuk Kambing dan sekitarnya. Tidak berselang lama masyarakat yang sudah terprovokasi melakukan tindakan anarkis dengan cara merusak kendaraan operasional BKSDA Jambi (1 unit mobil lapangan, 2 unit sepeda motor), merusak dan melempari mess FZS yang berada di
  7. ……………… Selengkapnya unduh dokumen

Gajah Rusak Lahan Sawit Warga, Masyarakat Emosi Rusak Kantor BKSDA dan FZS Jambi

JAMBIAN.ID – Masyarakat rusak fasilitas kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Frankfurt Zoological Society (FZS) Jambi, warga kesal karena gajah masuk dalam lahan perkebunan.

Kerusakan terjadi pada Senin sekitar pukul 02.00 WIB, oleh masyarakat Desa Tanah Tumbuh, Desa Muara Danau dan Kelurahan Lubuk Kambing.

Kapolres Tanjung Jabung Barat AKBP Agung Basuki membenarkan peristiwa tersebut bahwa adanya masyarakat merusak fasilitas kantor BKSDA Jambi dan FZS di wilayah Kabupaten Tanjabbar.

“Benar adanya insiden, saat ini sudah ditangani, kita juga terus melakukan pengamanan,”katanya pada Selasa (27 Februari 2024). Menurut dia, untuk masyarakat yang merusak fasilitas kantor BKSDA Jambi dan FZS dikarenakan emosional terhadap kantor tersebut. “Jadi saat ditanyakan sama warga karena kebun masyarakat yang telah dirusak akibat Gajah liar yang memasuki perkebunan warga,”ujarnya.

Selain itu, karyawan BKSDA dan FZS Jambi sudah dilakukan evaluasi ke kantor Polsek Merlung, Kata Agung, korban jiwa tidak ada untuk anggota BKSDA dan FZS semua dalam keadaan aman dan baik,”jelasnya. Sedangkan untuk fasilitas kantor BKSDA dan FZS Jambi yang dirusak oleh masyarakat. “Masyarakat merusak kaca kantor, perabotan dan lainnya,”tegasnya. Sementara itu, Paur Penumpang Subbid Penmas Ipda Alamsyah Amir mengatakan itu sudah ditangani oleh pihak Polsek Merlung dan untuk kondisi karyawan FZS tidak ada yang terluka.

“Semua baik karena cepat di evakuasi saat karyawan FZS dan BKSDA Jambi,”katanya, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat pada Selasa (27 Februari 2024). Sedangkan untuk memicunya masyarakat merusak fasilitas kantor BKSDA dan FZS Jambi tersebut. “Diduga berawal dari maraknya gajah liar yang masuk perkebunan warga,”jelasnya. Semua anggota BKSDA dan FZS Jambi sudah dievakuasi ke kantor polisi terdekat.”Saat ini polisi lagi melakukan mediasi warga dengan BKSDA dan FZS agar masalah ini selesai,”tutupnya.***


Sumber Artikel berjudul “Gajah Rusak Lahan Sawit Warga, Masyarakat Emosi Rusak Kantor BKSDA dan FZS Jambi”, selengkapnya dengan link: https://jambi.pikiran-rakyat.com/kriminal/pr-3467766553/gajah-rusak-lahan-sawit-warga-masyarakat-emosi-rusak-kantor-bksda-dan-fzs-jambi?page=all

Editor: Hidayat


Seekor Anak Gajah Sumatera Lahir di Taman Nasional Way Kambas

KABAR gembira kembali terdengar dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK), setelah adanya keberhasilan kelahiran anak badak sumatera dan anak gajah pada tahun lalu, pada dini hari Senin, 26 Februari 2024, pukul 00.10 wib. telah lahir seekor bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan jenis kelamin betina di Pusat Latihan Gajah (PLG) TNWK.

“Semoga kelahiran ini akan memberi semangat baru dalam pelestarian satwa prioritas dan menambah populasi gajah sumatra di PLG-TNWK,” ungkap Plt. Kepala Balai TNWK, Hermawan dalam keterangan resmi, Selasa (27/2).

Ia menjelaskan, saat ini anak gajah betina yang baru lahir ini belum diberikan nama. Adapun, anak gajah betina ini lahir dengan berat badan 69 kg, tinggi bahu 72 cm, lingkar dada 98 cm, panjang badan 87 cm, panjang ekor 50 cm, lingkar tapak kaki depan 44 cm, lingkar tapak kaki belakang 44 cm dan kondisi anak dan induk sehat dan normal.

Kelahiran ini merupakan kelahiran keempat dari induk gajah Pleno, yang saat ini berusia 34 tahun.

“Saat ini induk gajah diberikan makanan tambahan berupa rumput dari ladang pakan, dan Vitamin via injeksi untuk memulihkan kondisi pasca melahirkan dan menambah kualitas air susunya,” beber dia.

Sesaat setelah melahirkan Tim Medis Rumah Sakit Gajah PLG – TNWK melakukan penanganan intensif terhadap anak dan induk gajah untuk memastikan keadaannya sehat. Pada induk gajah Pleno dilakukan pembersihan pada saluran reproduksi dengan menyemprotkan antiseptik dan pada anak gajah disemprotkan pada pusarnya, dalam pantaunya, beberapa jam kemudian anak gajah langsung bisa menyusu ke induknya dan nampak sehat.

“Dengan lahirnya anak gajah ini maka menambah populasi gajah yang ada di PLG,” pungkas Hermawan.


Sumber : https://mediaindonesia.com/humaniora/654807/seekor-anak-gajah-sumatera-lahir-di-taman-nasional-way-kambas
Putri Rosmalia